Sabtu, 11 April 2009

Apple for an Angel



"Pada berbagai tahap kehidupan kita, tanda-tanda cinta yang kita temui itu beragam: ketergantungan, daya tarik, kepuasan, kecemasan, kesetiaan, kesedihan, tetapi di dalam hati, sumbernya selalu sama. Manusia mempunyai sedikit sekali kemampuan untuk saling berhubungan dengan sesamanya, mensyukuri apa adanya."

Dia berjalan dengan mata menatap ke bawah, kepala tertunduk. Ketika dia melihatku, dia bicara, dan aku menangkap pandangannya. Dia lusuh dan kumal, tak ada cahaya di matanya. Dia berkata, "Assalaamu 'Alaykum." Begitu sopannya dia.

Dengan lembut aku menjawab salamnya, "Wa 'Alaykum salaam." Aku terus berjalan dalam kesunyian, pemuda ini -yang tak kuketahui siapa namanya- telah membawa hatiku pergi jauh, entah ke mana.

Aku menatap pada kedua matanya, mengamati sebuah harapan yang pernah sirna, kataku dalam hati, "Bagaimanakah perasaan ibu yang melahirkannya? Bagaimanakah perasaan ibu yang telah menyaksikan putranya tumbuh seperti ini?". Beberapa waktu kemudian kudapati jawaban itu tak akan pernah ada, ibunya telah meninggal -tidak beberapa lama setelah ia lahir. Rupanya ia seorang piatu!

Kemudian, aku selalu dikejutkannya pada hari-hari yang lain, dengan salamnya yang tulus dan dengan ekspresi wajahnya yang malu-malu. Ketika sengaja menatap ke dalam kedua bola matanya kali ini, aku kembali dikejutkan dengan binar mata yang sekarang hadir. Aku bersyukur, Semoga saja itu memang karena aku tidak mengabaikannya meski hanya dengan sebuah senyuman.

Aku ingat ketika aku pertama kali mengamatinya dengan teliti. Pikiranku mengembara entah ke mana. Antara terharu, iba dan rasa kasihan yang tak terkira. Kupikir sudah seharusnya ada sisa-sisa penghargaan pada seorang anak yang terlahir sebagai seorang manusia dengan kerusakan mental yang parah. Tidak hanya itu, ia juga memiliki mata yang jauh lebih besar dari ukuran normal, tanpa naungan alis yang enggan tumbuh di atasnya. Kulitnya kasar dan bersisik, rambutnya merah seperti rambut jagung, giginya besar-besar, hitam, jarang-jarang dan terlalu maju ke depan pada rahang atas. Hal itu membuatnya tampak seperti menyeringai jika tersenyum. Hal itu akan membuat anak-anak kecil akan berlari-lari dan mengolok-oloknya dari jauh.

"Assalaamu 'Alaykum wa RohmatuLlaahi wa Barokaatuh." Suatu hari ia mengucapkan salam dengan sempurna begitu aku lewat. Seingatku Ini pertama kali ia mengucapkan salam dengan lengkap. Aku baru sadar ia sangat bahagia hanya karena aku selalu menjawab salamnya. Maka pagi itu, aku ikut-ikutan menjawab salam tanpa kusingkat sedikitpun. Sejujurnya jawaban salamku hanya sebetik rasa kasihan. Mengapa Allah menciptakan makhluk yang jauh dari sempurna seperti ini, tanyaku dalam hati. Biarlah, Allah Maha Tahu. Tapi ya Allah, betapa pilu ketika aku melihat ia juga mengucapkan salam pada setiap orang, tapi tak seorangpun yang menanggapinya.

Rupanya ini alasannya. Rupanya ini yang membuatnya bahagia jika bertemu denganku. Sebuah pengakuan. Pengakuan sebagai manusia meskipun jauh dari kesempurnaan fisik dan mental yang seharusnya dimiliki.

Ini memang sangat menyedihkan. Aku menyelami perasaannya, tapi aku juga tahu mengapa orang-orang yang lewat mengacuhkannya. Apakah perlu menjawab seorang pemuda cacat mental dengan kedewasaan seperti anak-anak yang bahkan belum pantas terdaftar pada sekolah dasar? Mungkin itu pikiran kebanyakan orang. Tapi aku tidak.

Aku berusaha menjawab salamnya, selalu dan sebisaku. Belakangan ini ia justru menyadarkanku tentang hakikat salam yang seharusnya. Jika ia mengucapkan salam padaku lebih dulu, aku menjawabnya dengan lengkap dan tanpa sadar membuatku berpikir. Berpikir tentang makna salam itu sendiri. "Wa 'Alaykum Salaam wa Rohmatullaah wa Barokaatuh" -Dan salam kesejahteraan juga bagimu dengan Rahmat Allah dan Barokah Allah, doaku dalam hati. sepanjang hidupku, telah banyak kulakukan perbuatan tercela pada orang lain. Aku sadar mengapa salam menjadi hak seorang muslim atas saudaranya. Barangkali doa dalam salam itu berfungsi untuk menghapuskan dosa-dosa yang ada. Ia adalah kebaikan yang mudah diberikan kepada saudara-saudara kita. Sebuah doa, bukan semata-mata ungkapan formalitas tanpa makna.

Rupanya aku baru menyadari mengapa Allah menciptakan pemuda cacat ini, kehadirannya bukan tidak berguna seperti dugaanku. Tapi menyadarkan orang-orang sepertiku tentang arti bersyukur pada nikmat Allah yang mudah terlihat tapi sukar di lihat. Nikmat kesempurnaan fisik, kesehatan mental, dan kenikmatan iman.

Terima kasih Jo, kataku dalam hati. Jo adalah nama pemuda itu. Akhirnya aku tahu ia tinggal di sebuah kamar petak tidak jauh dari kost-kostanku. Ia rajin pergi ke masjid sebelah rumah kostku, belajar mengaji bersama anak-anak kecil dengan usia minimal 10 tahun di bawah usianya. Aku diberi tahu anak-anak itu -yang tak lain adalah murid-murid ngajiku dulu. Mereka mengatakan bahwa Jo tidak pernah naik dari Iqro 4. Meski begitu ia rajin sekali hadir. Aku sendiri belum pernah melihatnya sewaktu mengajar, atau karena aku tidak memperhatikan saja? Entahlah, kesibukan kuliahku di tingkat akhir membuatku jarang lagi mengajar anak-anak kecil itu. Semoga Allah mengampuniku atas amanah yang telah kulalaikan.

Suatu hari aku terkejut mendapati Jo berdiri di depan pintu rumah kostku. Gayanya malu-malu, kemudian ia mengucap salam seperti biasa. Aku baru saja selesai membenahi semua barang-barangku dan mengepaknya dalam beberapa kardus besar. Hari ini aku pindah kost.

"Teteh mau pindah?" ia bertanya. Aku menjawab dengan sebuah anggukan. Dalam sekejab tatapan matanya menjadi sayu, seolah-olah sangat sedih mendengar berita itu. Hatiku trenyuh.

"Teteh ..." ia berkata lagi. Dikeluarkannya sebutir apel lusuh dari balik kantong bajunya yang kumal. Apel besar berwarna hijau masih lengkap dengan tempelan merk Switzerland. Itu apel yang hanya bisa di dapat di departmen store, pikirku. Sungguh, Aku tidak bisa menduga maksud ia menunjukkan apel itu padaku.

"Saya memecah celengan ayam saya buat beli apel ini, ini buat teteh." Dia berkata. Diangsurkannya apel itu padaku. Oh, Aku bertanya-tanya dalam hati "Apakah ini tidak salah?"

Meski begitu, kuterima saja apel itu dengan tatapan penuh tanya, ia hanya tersipu malu lalu berkata pelan-pelan, "Ustadz bilang, di surga ada banyak bidadari yang baik. Bidadari itu juga hanya makan makanan yang baik-baik di surga, di sana banyak buah-buahan..."

Aku menatapnya lebih dalam. Berusaha mencari makna dibalik kata-kata yang belum kupahami.

"Kata ustadz lagi, bidadari surga itu juga ada di dunia dalam bentuk wanita sholihah.." di sini kalimatnya berhenti, ia tersenyum malu-malu dan menundukkan kepalanya dalam-dalam, lalu melanjutkan "kata ustadz juga, wanita sholihah itu salah satu cirinya baik hati dan berjilbab rapih seperti teteh ..."

Aku terharu mendengar penjelasannya yang sederhana namun sarat makna. Tanpa sadar meremas-remas ujung jilbabku, kuingat Nabi Muhammad SAW bersabda : "Jangan anggap remeh suatu perbuatan baik, bahkan jikapun kamu bertemu saudaramu dengan muka tersenyum (karena itu adalah perbuatan yang berat timbangan kebaikannya)."

Kemudian, sewaktu aku menatap kembali ke dalam bola matanya, aku tahu bahwa karena pemuda buruk rupa yang cacat mental ini, aku tidak hanya telah diajak ke dalam dunia perenungan dan kesunyian yang aneh -aku telah diberi kesempatan untuk menghargai orang secara terbuka untuk pertama kalinya dan untuk 'mengenang hal-hal yang baik dalam diri orang lain', sekecil apapun itu.

Setelah hari itu, tampaknya jauh lebih mudah untuk memuji dan meluhurkan Allah atas semua yang kuterima dalam hidupku yang 'benar, mulia, dan adil' -termasuk sebutir apel dari seorang pemuda cacat mental seperti Jo. Mungkin baginya hadiah terbesar yang bisa dipersembahkannya kepadaku adalah apel itu.

Bukan masalah soal harganya, namun nilai makna yang terkandung dalam apel itu membuatku terharu. Pikirannya memang sangat sederhana, tapi itu justru membuatnya mudah menyerap nilai-nilai kebaikan yang diberikan orang kepadanya. Dengan seulas senyum saja, ia telah memberiku predikat seseorang yang baik-hati. Dengan hanya menjawab salamnya saja ia telah mensejajarkanku dengan bidadari surga! Aku sungguh terharu!

Tak akan kulupa dia, saat dia mengiringi kepindahanku dengan tatapan matanya, karena dia telah memberiku sesuatu yang tak akan pernah bisa kubayar. Dia berikan padaku kesempatan untuk memberi yang kumampu, kesempatan untuk menunjukkan cinta pada mereka yang tersingkir --kesempatan untuk sekedar tersenyum dan menjawab salam ketika tak seorang pun bersedia -- kesempatan untuk menjadi manusia istimewa, kesempatan untuk melakukan kebaikan.

Aku akan selalu berterima kasih pada pemuda cacat mental itu karena menunjukkan padaku cinta dalam seuntai doa, untuk memberiku kesempatan menjadi seseorang yang memiliki kepekaan hati lebih banyak, untuk memberiku kesempatan menjawab ketukannya di pintu kalbuku.

Kau tahu, aku bukanlah bidadari, meski aku ingin sekali menjadi salah satunya. Aku telah melukai banyak orang dengan menjadi diriku, dan orang ini, orang yang cacat ini, yang tidak mengabaikan diriku, untuk sejenak melepaskan seorang bidadari untuk terbang bebas.

Aathierah
aathierah@yahoo.fr


eramuslim.com

Muslimah..


Muslimah, sungguh islam memuliakanmu dengan amatnya..

Hapuslah Air Mata di Pipi, Hilangkan Lara di Hati


Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan.

Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.

Duhai...
Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumahtangganya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Karenanya, yakinkah batin itu tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?

Letih...
Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.

Duhai ukhti sholehah...
Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya Allah akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.

Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.

Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah-lah selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.

Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.

Sabarlah ukhti sholehah...
Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.

Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati. Terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.

Semoga. Wallahua'lam bi shawab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Penulis: Abu Aufa

Catatan: Tulisan ini adalah hasil editing dari tulisan lamanya Abu Aufa yang berjudul Usah Kau Lara Sendiri.
Abu Aufa : (Penulis buku Diari Kehidupan 2, telah diterbitkan oleh PT Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004)


kafemuslimah.com

Senin, 06 April 2009

Hubungan Olahraga dengan Kepercayaan Diri Anak



Seorang anak selalu mencari pengakuan dari orang dewasa akan kemampuan dirinya. Dalam melakukan aktivitas olahraga, pujian yang diberikan terhadap penampilan anak dapat mengembangkan aspek psikologisnya, seperti perasaan percaya diri, kegembiraan, harga diri, pengalaman merasakan mencapai tujuan,dan pengakuan dari teman sebaya. Sebaliknya, jika anak mendapatkan pengalaman yang negatif dalam berolahraga, maka aspek psikologisnya pun dapat berkembang secara negatif. Disini penilaian diri negatif, frustrasi, agresi dan aspek negatif lain dapat terlihat dengan jelas. Setelah anak berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan*kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak berusia 8 atau 9 tahun. Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya, tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses. Dalam prosesnya, jenis olahraga yang penontonnya dapat berteriak bebas, terutama pada olahraga beregu, bisaberdampak negatif terhadap perkembangan psikososial anak, terutama jika pelatih dan orangtua tidak dapat mengendalikan emosi pada saat pertandingan berlangsung. Hal ini biasanya terjadi karena terlalu menekankan untuk mencapai kemenangan. Oleh karena itu, orang dewasa yang terlibat dalam kompetisi olahraga atlet usia dini juga perlu mendapat pengetahuan dan pendidikan tentang pembinaan olahraga usia dini. Pemahaman tentang target realistis yang bisa dicapai atlet usia dini perlu ditekankan. Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai atlet adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap atlet, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan. Tujuan pelibatan anak dalam aktivitas olahraga, hendaknya mencakup:
• Memperkenalkan anak terhadap berbagai pengalaman olahraga,
• Meningkatkan keterampilan fisik,
• Meningkatkan kemampuan propriosepsi (perabaan selektif) dan atensi (merupakan faktor positif dalam belajar secara umum),
• Mengembangkan sosialisasi positif,
• Membangun perasaan memiliki kemampuan, Memupuk kepercayaan dan harga diri.
Untuk mendapatkan efek positif terhadap perkembangan psikologis dan sosialisasi anak, maka olahraga perlu diprogramkan dan disupervisi secara baik, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Menciptakan latihan yang aman meskipun beresiko,
• Memperhatikan pencapaian kepuasan akan penampilan,
• Membangun perasaan agar bekerja mencapai target yang ditentukan,
• Menetapkan peran spesifik individu,
• Menerapkan kepedulian terhadap peraturan permainan, serupa dengan terhadap peraturan sosial
• Menghargai dan menghormati lawan,
• Mempromosikan latihan olahraga yang teratur dan berjangka panjang untuk memelihara kesegaran jasmani.

Menembus media masa

Menulis?? Hari gini,siapa yang gak bisa? Di zaman serba mudah seperti ini, menulis pun juga tak boleh ketinggalan.. Banyak cara untuk menuangkan tulisan kita.. Termasuk dengan memanfaatkan media elektronik yg ada. Bahkan bisa menjadi lebih cepat dan lebih efektif. Ada yg bilang, lewat tulisan kita lah,orang mengenal siapa kita..
Media masa merupakan salah satu tempat bagi 'sang penulis' menuangkan gagasan dan tulisannya.. Mungkin bisa jd awal dari usaha penggalian potensiny.. Ad yg sekali tulis,langsung dimuat. Ad yg beberapa kali kirim tapi tidak dmuat2. Weleh2. Harus gmn lagi ini? Apa masih kurang bagus tulisan kita? Atau terlalu jelek? Yg pasti setiap tulisan yg kita buat insyALLOH ad nilainya.
Ad baiknya kita perhatikan beberapa tips dan trik yg bisa membantu. Diantaranya:
1. Sesuaikan visi dan misi.
->terlebih dahulu,kita harus tau siapa pembaca media tersebut? Kira2 berada pd kelompok umur berapa ya? Kemudian jg luruskan niat kita.. All right?
2. Trend up date.
->media akan lebih tertarik memuat tulisan yg berisi isu terpanas yg sedang terjadi. Krn seyogyany media merupakan sumber informasi.
3. Lihat momen.
->kalo yg ini,kita bs sesuaikan dengan momen yg sedang terjadi. Misalnya momen ketika ramadhan,atau momen2 lain.
4. Yang rapi donk!
->kesan pertama begitu menggoda,selanjutny terserah anda! Nah untuk memberikan kesan pertama yg brkesan,kalo mnulis dperhatikan krapiannya. Termasuk tanda baca seperti titik,koma dsb.
5. Jam terbang.
->apa ya? Ni bukan seperti ikan terbang lho. Emang jam bisa terbang?hohoho.
Tentunya bagi pemula,jam terbang masih sedikit. Maksud jam terbang disini,jgn lupa dan jangan malu (apalagi sombong) untuk menuliskan biodata kita..

Nah tips dan trik di atas boleh dan bisa banget untuk kita coba. Yuk,kita berlomba-lomba untuk menulis. Walopun saya sendiri juga belum pernah coba.hehehe.
Semangat! Cayoo!
Alloh selalu bersama hambaNya yg mau berusaha. Tidak hanya berdiam diri dan hanya menyimpan tulisan kita,keburu basi lho..

Referensi:sabili,maret 2008

Jumat, 03 April 2009

Siang itu.. Subhanalloh ibu

Siang itu, lega rasany ujian praktek magang ict sdh terlewati.. Pusing jg ketemu dgn kabel2 yg aku sendiri g tau jelas apa wujudnya, apalagi gmn hasil otak atikanku td. Aku meninggalkan tmpat yg digunakan untuk ujian tadi,dan berlalu untuk mengambil kendaraanku. Tak disangka,ketemu dgn mbak lilis. Teman di satu aktivitas yg sama,posdaya. Dan kbetulan program nya sedang kejar deadline untk dilaporkan. "piyè dek kmrn? Jadi kesana? Kapan kesana lg?" tanya mb lilis. "yo mb,jd.. Kmrn qt udah ngomong bnyk sm mb pur. InsyALLOH tgl 11 qt ksana lg untk bantu di poslansia ny. Trus,. . . . . . ." aku ceritakan pnjang lebar hasil pertemuan ku dan teman2 kmrn,dan memberitahukan rencana selanjutnya.
Di sela2 pembicaraan kami,ada seorang ibu yg duduk bersama kami di dpn kantor dosen ekonomi. Beliau bilang,sedang ikut anaknya yg jg dosen di prodi PKn.
Tak berapa lama kemudian,dy bercerita kalau dy blm lama operasi. Dan sekarang ini sdng dlm tahap pemulihan. Ibu itu menceritakan panjang lebar kepadaku yg ternyata beliau pensiunan lab di kampus ini. Yg bikin aku terkesan,beliau tegar sekali. Dan dy pun sempat mengatakan: "ALhamdulillah,saya masih diberi kesempatan oleh Alloh", dy jg bertekad untk memanfaatkan sisa umurnya. Dan bercerita bhwa teman2 yg kasusny hampir sama dgnnya,kini sudah meninggalkn dunia ini untk slamany. Mgkn Alloh berkhendak dgn sgala yg trbaik mnurutNya.
Ya Alloh,glek rasanya. Mati,suatu hal yg PASTI. Yg bs dtng menjemput,kpn sj,dmana sj,siapa sj. Sekarang,nanti ataupun besok. Qt g tau,kapan giliran kita datang. aku menanyakan pada diriku sendiri. Apa yg sudah aku perbuat dan aku persiapkan untk menyambutnya?
Suatu pelajaran yg berharga! Yupz.. Syukron ibu.. Aku dpt pelajaran yang amat berkesan!

Senin, 30 Maret 2009

motor curian dalam Al Qur'an


[KFTS]: Motor Curian dalam Al-Qur'an?

Terdengar keras pintu masuk dibanting kuat-kuat. Mendengar itu Bu Dedeh bertanya-tanya dalam hati: "Siapa gerangan itu?"

Ternyata Tabrani, anaknya yang baru pulang dari kantor.

"Kenapa Sep? Kok kamu kelihatan gusar begitu? Apalagi , apa gak malu didengar tetangga, pintu itu kamu banting keras-keras?"

"Maaf Bu. Aku kena musibah. Motorku dicuri orang di kantor. Semua orang di kantor dan petugas satpam juga tidak tahu menahu. Aku sudah lapor polisi terdekat, walau tahu itu percuma. Aku benar-benar kalut saat ini. Apalagi kreditannya belum selesai. Aduhhh! harus cari di mana yah!!??? Sepertinya aku benar-benar ingin menghabisi orang yang curi motorku itu, jika beruntung ketemu nanti. Awasss!!!" cerita Tabrani tak ada ujungnya.

Ibunya melihat kegusaran anaknya berlebihan. Ingin rasanya memeluk dan mengelus dadanya. Namun ia pikir, saat ini ia tidak bisa menghadapi anaknya dengan tenang. Untuk apa menghadapi sebuah batu.

"Coba kamu cari motormu di Al Qur'an!" seru ibunya sambil berlalu kembali ke kamarnya, sambil berharap ada air yang bisa menghancurkan batu itu.

"Ibu ngomong apa seh? Tidak bisa lihat aku lagi kesal apa? Kok bisa-bisanya ngelantur seperti itu." bisik hati Tabrani panas membara.

*****

Beberapa hari kemudian, Tabrani keluar kamar dengan tampak cerahnya. Lalu ia menghampiri ibunya, sambil menyematkam ciuman sayang didahi perempuan tua itu.

Leila adiknya yang berada di situ hanya terheran-heran. "Ketemu jodoh kali?" bisik otaknya.

"Terima kasih ya Bu! Sudah menjadi ibu yang terbaik, terbaik dari segala perempuan!"

"Gombal! Kamu kenapa seh?" tanya Bu Dedeh yang masih memerah pipinya.

"Aku sudah menemukan motorku!"

"Oh yah? Alhamdulillah! Ketemu di mana?"

"Ya di Al Qur'an lah Bu. Khan ibu yang bilang."

Bu Dedeh tersenyum cerah.

"Motor? Di Al Qur'an? Emang bisa? Di mana?" tanya Leila.

"Di ayat-ayat kesabaran, di ayat-ayat keikhlasan, di ayat-ayat bahwa harta itu hanya pinjaman. bukan milik kita, tapi milik Allah!" jawab Tabrani sambil tersenyum kepada adiknya.

"Ooo gitu toh! Baguslah! Aku udah lama khawatir dengan keadaan Aa."

"Iya La! Jangankan motor, kamu dengar tidak berita di teve kemarin. Ada orang yang membunuh penjual pulsa, lantaran pulsa yang ia beli tidak kunjung masuk. Padahal pulsa itu hanya seharga Rp. 10.000,-. Tapi bisa mengubah orang jadi ganas dan lupa diri. Makanya kita harus belajar bersabar dan ikhlas! Apalagi hidup di negara ini yang terasa semakin sempit saja." kata Bu Dedeh kepada anak-anaknya yang tercinta.

Tabrani dan Leila mengangguk paham.

posted by waterpoured at 2:13 AM 0 comments

Rabu, 25 Maret 2009

Hidup adl BELAJAR

Hidup adl BELAJAR. Mmpelajari ap yg dlht dan drasakan. Belajar adl PROSES: dr tdk tw mnjd tw,dr slh mnjd benar dan dr gelap mnjd terang. Mlalui proses yg pnjang. Mari brjuang mnjd diri sendiri. SEBUAH PRIBADI YANG BERPOTENSI

Salam kenal blogger


Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh.

salam ta'aruf.. saya ifa, Akhirnya kesampean juga bikin blog...
ya walopun masih rada bingung juga sih penggunaannya gimana. insyaAlloh buat sarana belajar deh..
belajar untuk selalu mengupdate informasi, juga mengupdate diri lebih baik lagi..
yupz...

btw, mau Q isi apa ya blog ini?? hohoho
wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh..